Semua tidak banyak berbeda, hanya, hari ini aku tidak memakai seragam (rak kacek). Dan ada agenda baru, yaitu, mengajar adek-adek panti matematika SMP. Selain itu kami juga menyelesaikan apa yang kami sebut dengan pekerjaan tukang (papan.red). Dina yang ngajar cerita, kalau dia ngajar sambil nahan emosi, kenapa? Berikut ceritanya:
Jadi, adek-adeknya itu masih mengalami kesulitan dengan berhitung. Mau bukti? Mereka belum bisa membedakan antara 42 dengan 4 X 2, hem.. kalau akau jadi Dina, aku udah menyingkir dari situ. Kenapa? Karena aku akan meledak marah di situ (mengaku emosinan). haha.. yang pasti, aku rada kecewa (berat). Sudahlah, mungkjn memang keadaan mereka yang sebenarnya seperti itu. Mau apa lagi? Semua sudah telanjur seperti ini. Jadi, bagaimanapun juga, keadaan ini harus bisa kami lewati.
Aha!! Ada satu cerita besar lagi. Hem.. Benar-benar first time aku mengalami hal ini. Mau tahu apa? Yap!
Aku, arwan, dina, dwiki, diah, aryo, dan bearly harus mengerjang banjir yang benar-benar parah di simpang lima dan sekitarnya. Hujannya bener-bener deres, banjirnya juga lumayan, tapi, secara dasarnya, semua parah! Kehujanan, kebanjiran, kedinginan. Semua berkumpul jadi satu. Menyedihkan! Apalagi ini pertama kalinya aku nerjang banjir macam ini. Biasanya kalo ujang deres, selalu menghindari simpang lima. Tapi, aku masih bersyukur, bisa pulang dengan selamat meski badan basah kuyup benar-benar basah.

0 comments:
Post a Comment