Sunday, November 6, 2011
Such A Nightmare
Bagiku, kebahagiaan orang tuaku adalah hal yang paling aku inginkan di dunia ini. Terkadang aku berpikir, apa yang bisa aku lakukan untuk membuat orang tuaku bahagia? Apa yang bisa aku lakukan? Mungkinkah orang tuaku benar-benar bahagia dengan apa yang telah aku raih sekarang? Meski mereka mengatakan mereka tetap bangga mempunyai aku di hidup mereka, tapi aku merasa aku masih belum pantas menerima kebanggaan itu.
STAN oh STAN, kenapa kau tega menolakku? Kau tahu betapa aku sangat membutuhkanmu. Aku ingin membuat orang tuaku bangga dan senang saat melihat anaknya bisa masuk STAN, cepat bekerja dan cepat mapan. Tapi entah apa yang telah dipersiapkan untukku. STAN sudah menolakku mentah-mentah. Sebenarnya tak hanya STAN yang menolakku, tapi juga FK. Dokter, sebenarnya juga itu adalah cita-citaku sejak jaman purba. Aku ingin jadi dokter, tapi entah mengapa juga, dia juga menolakku.
Rasanya sangat sakit yah saat tahu kau telah kehilangan 2 impianmu. Benar-benar sakit. Saat ini saja aku harus berusaha menenangkan diri agar aku tak terus terpuruk dalam kesedihan yang terlalu panjang. Aku tahu ada yang telah dipersiapkan untukku, hal terbaik dari-Nya untukku. Aku selalu berusaha menjejalkan kata-kata, “Allah knows best” dalam otakku. Tapi bagaikan hanya angin lalu, masih saja aku merasa sangat galau dengan hal itu.
Kehilangan mungkin bukan hal yang menyenangkan, ingin rasanya aku menghilangkan rasa kehilangan itu. Tapi sepertinya hal itu akan sangat sulit. Kehilangan cita-cita adalah salah satu hal terberat dalam hidupku. Seperti di hantam batu besar, aku harus menerima keadaan ini. Memang berat, tapi bila semua dijalani dengan ikhlas, semua akan baik-baik saja.
Sedikit menangis memang saat sadar aku sudah kehilangan 2 impianku paling berharga. Apalagi 2 impian itu kupikir bisa membuat orang tuaku bangga dan bahagia. Tangisku bisa semakin parah saat aku mengingat juga bahwa aku harus berjuang sendiri di jalan yang berat ini. Tak ada yang berusaha benar-benar menghiburku, sepertinya tak ada yang tahu bagaimana rasanya. Aku harus berusaha menghibur diri sendiri dan terus mendoakan diriku sendiri juga.
Ngomong-ngomong soal berdoa, bukannya aku tak ingin mendoakan orang lain mendapatkan jalan terbaiknya, tapi tak tahu kenapa, muncul pertanyaan di kepalaku, siapa yang akan mendoakanku nanti? Mungkin mereka yang aku doakan juga akan mendoakanku agar aku diberi kesabaran menghadapi jalan baruku ini. Bukannya aku juga mau berprasangka buruk terhadap orang lain, tapi hal ini jujur keluar dari dalam hatiku. Mungkinkah itu? Tapi kan doa tidak bisa dipaksakan. Kalau aku memang ingin mendoakan orang lain, maka aku harus ikhlas bukan? Soal aku akan didoakan atau tidak, entahlah, biar orang itu dan Sang Pencipta yang tahu.
Terkadang aku juga berpikir, kenapa mereka harus mengumbar kesuksesan mereka, seolah mereka ingin mengatakan pada dunia, “Hei, aku berhasil menaklukan apa yang belum tentu orang lain bisa taklukan”. Seperti diinjak-injak rasanya saat mendengar hal itu. Aku memang sudah gagal dari jalan pilihanku sebelumnya, tapi aku pantas menerima tamparan keras saat aku mendengar hal itu? Semua berputar-putar di kepalaku.
Aku takut, takut bila aku tak berhasil di jalan ini. Aku takut bila aku tak mampu menghadapi hal ini. Aku takut bila aku menyerah dan membiarkan diriku terbawa arus terlalu jauh. Aku takut bila aku nekad melakukan hal yang tak diijinkan oleh Sang Pemilik. Aku takut bila kesedihan ini membawaku ke gerbang hitam kesedihan tak berujung. Benar-benar takut.
Penghiburan mungkin adalah hal yang paling aku butuhkan saat ini. Tapi sayangnya, seolah tak ada yang bisa menghiburku. Aku bahkan harus menghibur diriku sendiri. Aku tahu, aku sendiri yang gagal dan orang lain mungkin tidak punya tanggung jawab untuk menghiburku, tapi sungguh, aku membutuhkan hal itu. Selama ini saat aku sedang sedih atau down, aku hanya bisa menghibur diriku sendiri, tak ada yang mampu menghiburku dengan baik dan benar. Jadi yah, menghibur diri sendiri. Padahal aku selalu berusaha menghibur orang lain saat mereka sedang bersedih.
Kalau saja menangis bisa memperbaiki keadaan, aku mungkin sudah mendapatkan 2 impianku itu, sayang seribu sayang, menangis tidak akan membuatku lebih baik.
(Pojokan kamar kost yang penuh rahasia. 25 Oktober 2011 saat tes terakhir STAN berlangsung di luar sana)
Labels:
menye-menye

0 comments:
Post a Comment