Wednesday, June 30, 2010
Sahabat
Tapi life must goes on kan? Jadi aku cuma bisa pasrah entah apa jadinya nanti, toh tu manusia Tiwi kemungkinan besar nggak bakal pernah aku temui lagi. Hahaha..
Tuesday, June 29, 2010
Sekadar Tahu
Waktu itu awal kelas XI ada anak baru, ngggak aku sebut namanya ya (mungkin malah dia udah tahu waktu dia baca blog ini) dia masuk ke kelasku sebagai anak baru. Hem.. ada 2 anak baru sih di kelasku itu, tapi aku cuma suka salah satu di antara mereka. Nama masih tetap disamarkan.
Awal ketemu semua berjalan biasa, tapi ternyata lamba laun ada rasa suka yang timbul apalagi setelah aku tahu bahwa dia anak yang baik dan pintar (tipeku banget). Dia nggak nakal tipe anak yang suka ketawa dan selalu bikin penasaran. Mungkin itu dia yang bikin aku suka sama dia. Hahaha.. Dia itu begitu baik pada semua orang apalagi cewek. Hem.. Ini bisa di bilang alasan kenapa aku suka sama dia, tapi padahal kalau aku ditanya kenpa aku bisa suka sama dia, aku bakal jawab,"Nggak tahu kenapa."
Yang namanya rasa suka dan syukur-syukur cinta, terkadang tidak bisa kita kenali apa sebab musabab kita bisa suka. Hanya SEKADAR TAHU kalau ini lho yang namanya suka, ini lho yang namanya cinta. Padahal saat di sodori pertanyaan kenapa selalu ada jawaban nggak tahu. Emang suka dan cinta itu SEKADAR TAHU. Nggak pernah benar-benar sadar alasan kita jatuh cinta pada seseorang. Tapi, siapa yang peduli itu sekarang? Yang dipedulikan sekarang adalah "Adakah yang kamu suka/cinta?". Yah, itu yang selalu dipedulikan oleh umat manusia pemabuk cinta sekarang. Sadar atau tidak sadar, cinta itu datang secara tiba-tiba, bahkan ketika kita tidak meghendakinya, contohnya seperti aku dengan Cloud ini. Aku tidak berharap bisa mecintainya, tapi semakin aku tak berharap, justru semakin kuat rasa cintaku ini padanya, kedengaran bodoh kan?
Itulah gambaran cinta menurut sudut pandangku. Mungkin saja menurut kalian itu berbeda, tapi itu hak setiap menusia kan? Untuk mengeluarkan pendapat mereka masing-masing.
Begitulah aku dan cintaku
I'M YOURS - Jason Mraz
I tried to be chill but you're so hot that I melted
I fell right through the cracks
and now I'm trying to get back
Before the cool done run out
I'll be giving it my bestest
Nothing's going to stop me but divine intervention
I reckon it's again my turn to win some or learn some
I won't hesitate no more, no more
It cannot wait, I'm yours
Well open up your mind and see like me
Open up your plans and damn you're free
Look into your heart and you'll find love love love
Listen to the music of the moment maybe sing with me
A la peaceful melody
And It's our God-forsaken right to be loved love loved love loved
So I won't hesitate no more, no more
It cannot wait I'm sure
There's no need to complicate
Our time is short
This is our fate, I'm yours
Scooch closer dear
and i will nibble your ear
I've been spending way too long checking my tongue in the mirror
And bending over backwards just to try to see it clearer
My breath fogged up the glass
And so I drew a new face and laughed
I guess what i be saying is there ain't no better reason
To rid yourself of vanity and just go with the seasons
It's what we aim to do
Our name is our virtue
I won't hesitate no more, no more
It cannot wait I'm sure
There's no need to complicate
Our time is short
this is our fate, I'm yours
Well no no, well open up your mind and see like me
Open up your plans and damn you're free
Look into your heart and you'll find love love love
Listen to the music of the moment come and dance with me
A lá one big family (2nd time: A lá happy family; 3rd time: A lá peaceful melody)
It's your God-forsaken right to be loved love love love
I won't hesitate no more, no more
It cannot wait, I'm sure
There's no need to complicate
Our time is short
This is our fate, I'm yours
No please, don't complicate
Our time is short
This is our fate, I'm yours
No please, don't hesitate
no more, no more
It cannot wait
The sky is your's!
Sunday, June 27, 2010
Semua Hanya Tinggal Nama
Kau, mungkin adalah sebuah memori indah yang akan selalu aku ingat dalam benakku.
Mungkin juga, Kau, adalah sebuah bencana yang tak hentinya membuat hati dan benak ini diam menjauh.
Aku selalu berharap kau akan selalu ada dalam tiap hembusan-hembusan napasku.
Selalu ada dalam tiap langkah yang aku tempuh.
Tapi sekali lagi, semua itu hanya mimpi.
Mimpi yang aku tahu tak akan pernah aku raih, tak akan pernah aku dapatkan.
Aku berusaha untuk tetap tegar.
Aku berusaha untuk tetap tersenyum meski benar-benar sakit luka di hati ini.
Semua telah buatku menyadari suatu hal.
Hal yang sebenarnya harus aku sadari sejak dulu.
Hal yang menyatakan bahwa kau bukalah untukku.
Hal yang menjelaskan segalanya ini hanyalah mimpi dan bualan belaka.
Hal yang telah membuatmu kini hanya tinggal nama.
Wednesday, June 23, 2010
My Beloved El-Nino
sebuah kelas yang pada awalnya berisikan 40 orang, namun karena suatu hal, 1 orang dari anggota (Aya) harus pindah, menyebabkan anggota tinggal 39 orang.
penghuninya terdiri dari bermacam-macam bentuk manusia. ada bentuk manusia pinter, alim tapi agak "aneh" (Hamid). ada Wawan si ketua kelas berwibawa yang selalu membawa tawa di kelas. Meika dengan tawanya yang keras tapi ngangenin. ada Kartika dengan keatosannya (hehe.. :P). IBAI dengan keplengehan yang luar biasa. Rahisya dengan kepolosannya. dan masih banyak lagi keunikan dan keanekaragaman dalam El-Nino. itu baru sebagian kecil saja ya.. (maaf yang belum tercantum. bingung bikin deskripsinya. hehe.. :P)
yang pasti El-Nino adalah kelas yang OKE. senang, sedih kita lalui bersama. saat dipuji-puji guru, kita seneng bersama. saat dimarahi guru, kita sedih bersama. dan tetap bersama saat ada masalah dengan seorang oknum (baca: magabu . red) yah, itulah sebagian kecil dari keistimewaan El-Nino.
namun ada sedikit kekurangan dari El-Nino, diambil kesimpulan dari sharing 23 Juni 2010, masih ada keegoisan dari beberapa anggota, dan ada kecenderungan ngeblok di antara kami. tapi kekurangan itu telah terhapuskan (menurutku) saat jalan2 bareng (22-23 Juni 2010) dengan rute nonton The A Team di XXI, perjalanan membingungkan yang sempat membuat tersesat tapi akhirnya sampai di villa Tiara, maen futsal bareng cowok cewek di Radja Futsal Tembalang, dan terakhir Water Blaster.
sekarang mungkin kami tak akan lagi tinggal dalam satu kelas dibawah "naungan" bu Indah tercinta (huhuhu...). tapi El-Nino akan tetap hidup sampai kapanpun juga.
bumbu-bumbu badai-badai ombak-ombak angin-angin (lebay dikit akh..) kehidupan kami lewati bersama. tentu saja dengan senyum ON FIRE yang selalu membahana.
banyak event-event yang telah kami lewati bersama, antaranya: Ligasha (meski hanya juara 4, tapi nyenengin) yang seru dan menghibur, widya wisata Bali yang telah menorehkan kenangan indah di hati, Smaga Cup, acara-acara klasmit, dan yang baru-baru ini kami lalui (JALAN-JALAN BARENG EL-NINO).
bangga punya kelas seperti ini.
sesuai dengan mottonya (EL-NINO..... ON FIRE....) kami juga selalu ON FIRE. kalo ada yang lemes, selalu ada yang bilang "kok lemes??", kata-kata yang jujur jarang aku dengar dari teman-teman sekelasku dulu. jadi yah.. selalu bisa bikin ON FIRE.
kangen kalo inget-inget gimana kami menghabiskan waktu jam kosong dengan membuat film-film kecil gag jelas but funny (oseng-oseng berang-berang. haha..), dan gimana kami saling melontarkan kalimat-kalimat atos (wkwkwk). itu semua menambah keakraban kelas. (inget bajak-bajakan di WB??)
semua serba menyenangkan di El-Nino. 99% enak hanya 1% gag enak. enaknya ya itu, gag enaknya ya itu. (haha..)
pokoe El-Nino maknyusss.....
EL NINO................. ONFIRE!!!!!!!!!!!!!!!!
Tuesday, June 15, 2010
Sebelah Tangan Saja
“Awan!!”, aku berlari mendekati Awan,”Bukumu ketinggalan.”, kataku ngos-ngosan di hadapannya.
“Waduh. Makasih ya,Ta. Harusnya kamu nggak perlu repot-repotlari Cuma buat ngasi bukuku.”, katanya manis.
“Ah… Nggak apa kok,Wan. Sekalian olahraga. Jadi, santai aja.”. Aku beranjak pergi meniggalkan Awan bersama dengan sebuah kenanga yang tak terlupakan.
Namaku Tami. Masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Meski umur hampir 17 tahun, tapi belum pernah punya gandengan. Sedikit masalah memang, karena hampir semua teman-temanku pernah merasakan yang namanya pacaran. Minder. Tapi apa boleh buat, mungkin ini emang yang harus terjadi dulu. Jadi, dibawa enjoy ajalah.
Jangan pernah mengira aku tidak menyukai lawan jenis hanya karna aku belum pernah pacaran. Dari semua cinta yang pernah kurasakan, pada akhirnya hanya merupakan cinta bertepuk sebelah tangan saja. Itu sebabnya aku belum juga punya pacar di umurku ini. Inilah salah satu kisah cintaku yang berujung dengan tetes air mata.
----------------------------------------------------------------------------------------
Hari itu di awal kelas 2, seorang murid baru pindahan dari
Ta, besok ulangan Jepang. Contekin ya..
Kubuka ponselku dan kubaca SMS yang baru masuk itu. Tersenyum aku membalasnya.
Ah… Awan. Kamu mah sama aja kayak yang lainnya. Kalo aku mau nyontekin, mau kamu kasi apa??
Kutekan option send, dan pesan balasan pun terkirim. Inilah akibatnya jika kamu telah dicap sebagai master di slah satu mata pelajaran. Jika akan ada ulangan, sehari sebelumnya pasti akan kebanjiran order contekan. Aku tidak mengeluh, aku justru bangga. (hehehehe.. ^^)
Wew… Apalanmu, ta. Lha kamu maunya apa?? Tak beliin permen 1 aja ya?? Hahahaha.. Ayolah, Ta. Baik dikit ngapa? Ntar nggak cantik lagi lho.
Cantik? Aku paling tidak suka jika ada orang yang mengatakan cantik padaku. Biasanya aku akan langsung marah. Tapi entah kenapa aku tak bisa marah.
Halah! Ngasut koe, Wan. Hahahaha… Iyo, sesuk tak contoni. Tapi permen koyo’e enak. XP.
Dan aku pun kembali tersenyum. Astaga… apa yang telah terjadi padaku? Aku sudah lama tidak merasa sesenang ini setelah lama aku harus merelakan cinta sebelah tanganku pergi. Apa aku perlahan telah menyukainya? Atau mungkin aku telah mencintainya?
---------------------------------------------------------------------------------------
“Ah…. Kenapa harus pulang jam segini. Pake acara hujan lagi. Gimana caranya aku pulang coba.”, keluhku sepulang sekolah hari berikutnya.
“Lha emang kenapa,Ta?”, tiba-tiba Awan telah berdiri di sebelahku.
“Lah.. Rumahku jauh, Wan. Harus naek bus 2 kali.”
“Gak bawa motor?”
“Hahahaha.. motor? Orang naek sepeda aja gak bisa.”, kataku geli.
“Ckckckck. Makanya belajar naek sepeda dulu neng trus belajar naek motor. Boar gak repot. Atau kalo gak, nyari tebengen aja. Rumahmu daerah mana tho?”
“Wew. Ogah ah. Ngapain nyari tebengan. Bus masih banyak. Rumahku jauh. Daerah atas.”
“O… Apa mau tak anterin pulang aja?”, aku tersentak kaget.
“Ah.. nggak usah. Ntar malah ngrepotin kamu lagi.”, aku menolaknya tapi ia tetap kekeuh. Hingga akhirnya ia menyerah dan pulang setelah berpamitan padaku.
Kutatap punggung tegap itu saat melangkah menjauh. Sedih rasanya saat senyum itu harus pergi dariku barang sebentar saja. Aku ingin senyum itu tetap ada di sisiku, menemaniku. Kulangkahkan kaki keluar area sekolah dengan perasaan gontai ditemani tetes-tetes hujan membasahi tubuhku.
--------------------------------------------------------------------------------------------
“
“Ta, aku minta makanan dong.. Laper nih!”, suara itu membuyarkan lamunanku. Aku menengok ke belakang dan kulihat Awan sedang mengais-ngais tas makananku seenak hatinya.
“Heh!! Mau apa kamu? Buka-buka tas orang sembarangan.”, tegurku.
“Minta makanan.”, jawabnya enteng.
“Ampun deh,Wan. Emanganya kamu nggak bawa makanan sendiri?”
“Bawa sih. Tapi lebih enak minta.”. aku hanya tersenyum mendengar kata-kata konyolnya itu.
Kuraih tasku dan cari-cari makanan di dalamnya. Kuserahkan biskuti keju ke tangannya. Ia pun tersenyum. Senyum yang menjadi favoritku semenjak bertemu dengannya.
Sekitar 12 jam aku harus duduk dalam bus. Rasanya capek sekali. Ingin segera aku turun dari bus dan mencium udara luar. Akhirnya semua dapat bernapas lega saat bus yang kami tumpangi keluar dari kapal menginjak tanah
Selesai mandi dan sarapan di tempat transit. Kami bergegas menuju objek wisata hari ini. Berkeliling di Nusa Dua, berdesak-desakan di Joger, dan sunset di pantai Kuta. Hari kedua wisata berlangsung terlalu cepat. Tapi kita semua harus menuju ke hotal untuk beristirahat agar besok dapat melnjutkan wisata kami dengan nyaman. Sebelum menuju ke kamar, aku sempat ngobrol sebentar dengan Awan untuk mengucapkan selamat tidur. Sebuah ciuman hangat mendarat di keningku. Sebuah ciuman dari cowok bukan keluargaku yang kudapat untuk pertama kalinya. Ini membuat hatiku bergejolak terlalu kuat hingga aku ingin menangis rasanya saat itu juga.
Tidurku gelisah. Aku terus kepikiran dengan ciuman itu apa arti ciuman itu? Mengapa ia melakukannya? Pertanyaan-pertanyaan it uterus muncul di kepalaku. Aku tak bisa menutup mataku hingga pagi menjelang. Padahal di hari ini banyak tempat-tempat wisata belanja dan tempat-tempat oke yang harus dikunjungi. Mulai dari pusat oleh-oleh makanan, belanja souvenir di Kresna, dan Garuda Wisnu Kencana.
“Yah, kenapa aku ditinggal sendirian.”, keluhku saat kami tiba di GWK. Teman-teman mendahuluiku dan akibatnya aku harus berjalan sendiri di temapt yang sama sekali belum pernah aku kenal. Sebuah tangan hangat menggandeng tangan dinginku. Aku menoleh dan Awan telah berdiri di sampingku sambil menggenggam erat tanganku.
“Sendirian aja,neng. Mau kemana?”, ia menggoda.
“Gak tau ni,bang. Gak tau arah.”, balasku menggoda.
“Yasudah. Ikut saya saja ya neng. Ntar malah si eneng ilang.”
“Okelah, bang. Tolong jangan tinggalkan saya.”. Awan menarikku pelan menuju ke tempat pertunjukan. Ia menggandeng erat tanganku seolah ia tak ingin melepasnya. Sekali-kali ia melepas tangannya hanya untuk mengambil gambar. Setelah itu pun ia masih menggandeng tanganku erat. Aku senang sekaligus malu. Belum pernah aku digandeng begitu erat. Tangan hangat menggenggam tangan dinginku.
“Tuhan, kenapa harus hujan deres gini.”, kataku saat aku harus berlari menuju bus di bawah guyuran hujan bersama Awan. Akhirnya kami sampai di bus yang baru terisi oleh 7 orang teman ini. AC sudah menyala dan udara menjadi sangat dingin. Aku bergegas ke kursiku, mematikan AC di atasku, melepas jaket basah, dan bergelung seperti kucing yang mengahangatkan diri. Sebuah jaket kering melayang menutupi tubuhku. Kulihat nama tertera di jaket itu. CLOUD. Awan? Terasa hangat sekali.
“Pake jaketku dulu,Ta. Untung tadi nggak tak pake. Dipake ya. Biar nggak sakit.”, terdengar siulan kecil di sekelilingku. Pasti teman-teman yang sudah ada di bus.
Sebelum turun dari bus aku menunggu hingga agak sepi dan aku ingin mengembalikan jaket Awan.
“Wan, makasi ya jaketnya. Membantu.”,katakau malu-malu sambil menyodorkan jaket itu.
“Oke deh, Ta. Sama-sama, lain kali bawa jaket 2, biar kalo yang satunya basah masih ada cadangan.”, katanya dengan manis. Ia letakkan punggung tangannya di dahiku, “Badanmu agak anget, Ta. Sakit? Habis ini langsung istirahat ya.”
Aku berdiri mematung mengingat senyum manisnya saat ia begitu perhatian padaku. Sepertinya aku telah mencintainya. Mungkinkah ia juga mencintaiku? Lamunanku buyar saat teman sekamarku, Nova, memanggilku untuk bareng ke kamar. Aku bergegas uturn dari bus dan menuju kamar unutk mengeringkan diri dan mandi.
--------------------------------------------------------------------------------------------
Hari ketiga sekaligus hari terakhirku bersama teman-teman berlibur di
Duduk termenung dalam bus sambil memandang pemandangan dari jendela, aku merasa ada yang aneh. Aku menoleh kesana-kemari mencari sumber keanehan itu. Tidak. Bukan sekitarku yang aneh, tapi akulah yang terasa sangat aneh hari itu.
“Kamu nyari apa, Ta?”
“Inhaler.”, jawabku singkat dan lirih hingga serangna asma cukup hebat menyerangku, napasku sesak dan tersengan-sengal. Awan mengerti apa yang aku cari mengambil alih pencarian. Ia rogoh-rogoh tasku dan ia tak mengahasilkan apa-apa.
Frustasi ia berteriak, “
“Nggak ada inhaler, Wan. Adanya oxycan. Gimana?”, kata Belva teman sekelasku merangkap sie kesehatan.
“Yaudah cepetan.”, Awan duduk di sebelahku dan berusaha menenangkanku. Ia lepas jaketnya dan memakaikannya padaku. Tak berapa lama kemudian Belva dating dengan oxycan-nya, Awan mengambil benda itu dan segera memasangkan ke hidung dan mulutku.
“Tenang, Ta. Atur napas pelan-pelan.”, katanya membimbingku bernapas.
Lama sekali hingga akhirnya napasku kembali normal.
“Obatmu mana,Ta? Di tas ranselmu nggak ada.”
“Kayanya di koperku, Wan. Semalem lupa aku pindah.”, jawabku lirih.
“Lain kali jangan gitu ya.”. Ia membelai rambutku dengan luar biasa lembut. Dan akhirnya aku tertidursaat senyum itu kembali mengembang di bibir merahnya.
---------------------------------------------------------------------------------------
Semester baru telah dimulai, kuawali semester ini denmgan langkah yang lebih pasti dan lebih mantap. Langkah yang harus benar-benar aku yakini, termasuk dalam langkah cintaku.
“Gimana, Ta? Udah baikan?”, Tanya Awan saat istirahat makan siang di awal semester.
“Udah baik,Wan. Makasi ya.”
“Sama-sama, tuan putri”, katanya menggoda. “Em… Ta, kamu kenal Octa? Anak IPA 3.”
“Kenal. Kenapa emagnya?”, aku merasa ada yang tidak beres.
“Kamu
Sontak jantungku seolah berhenti. Jadi selama ini dia hanya menganggapku sahabat? Setealh dengan semua perhatian ekstranya padaku?
“Kenalin? Kenapa? Kamu suka ya ma Octa?”, tantaku sambil menyembunyikan kekcewaanku.
“Hehehehe.. iya, Ta.”, jawabnya malu-malu. Perutku serasa ditonjok habis-habisan saat mendengar pengakuan itu. Sungguh ini membuatku jatuh.
“Kita liat dulu ya, Wan.”, berusaha aku sunggingkan senyum yang berubah menjadi senyum getir di hadapannya.
Sesampainya di rumah, kuhempaskan tubuhku, dan tak kuasa air mata menetes deras di pipiku. Kenap ia tega melakukannya? Kenapa? Ia telah terlalu banyak memberiku harapan untuk mencintainya. Saat cinta itu benar-benar tumbuh dan mengembang, mengapa ia tega melakukan hal itu? Kuseka air mataku dan kutatap gelang pemberian Awan saat di
TUHAN, TERIMA KASIH ATAS KESEMPATAN YANG KAU BERIKAN UNTUKKU. KESEMPATAN BAGIKU UNUTK MERASAKAN SEBUAH SENTUHAN KASIH YANG DIBERIKAN OLEH IRANG YANG KUSAYANG. TERIMA KASIH TUHAN.
Wan, aku mau Bantu kamu kenalan sama Octa. Tapi ada gantinya, aku mau bakso Pak Umar di depan sekolah. Jangan lupa ya. ^^
Ya, aku harus merelakannya.
Monday, June 14, 2010
WHEN YOU'RE GONE -Avril Lavigne-
I never thought I'd need you there when I cry
And the days feel like years when I'm alone
And the bed where you lie
is made up on your side
When you walk away
I count the steps that you take
Do you see how much I need you right now?
When you're gone
The pieces of my heart are missing you
When you're gone
The face I came to know is missing too
When you're gone
All the words I need to hear to always get me through the day
And make it OK
I miss you
I've never felt this way before
Everything that I do
Reminds me of you
And the clothes you left
they lie on my floor
And they smell just like you
I love the things that you do
When you walk away
I count the steps that you take
Do you see how much I need you right now?
When you're gone
The pieces of my heart are missing you
When you're gone
The face I came to know is missing too
And when you're gone
The words I need to hear to always get me through the day
And make it OK
I miss you
We were made for each other
Out here forever
I know we were
Yeah Yeah
All I ever wanted was for you to know
Everything I do I give my heart and soul
I can hardly breathe, I need to feel you here with me
Yeah
When you're gone
The pieces of my heart are missing you
When you're gone
The face I came to know is missing too
When you're gone
The words I need to hear will always get me through the day
And make it OK
I miss you
