Aku berpikir akan sesuatu, akankah apa yang menjadi ketakunku akan benar-benar terjadi? Aku takut jika aku akan menyakiti dia, orang yang sangat aku sayangi. Tapi, apa aku juga harus terus begini? Diam, diam dan hanya bisa diam melihatmu bersama yang lain? Dengan kabar-kabar mengalir bagai air tentangmu dan dirinya? Sakit, pasti. Namun apa lagi yang bisa aku lakukan untuk menghindari semuanya? Mungkin benar, aku hanya bisa diam. Pernah aku merasa sangat keberatan akan semuanya. Tapi bagian dari akal sehatku menyadarkanku, bahwa yang terjadi sudah ada garisnya sendiri. Kau mungkin bisa mengubah jalanmu, tapi jangan berharap banyak dengan hal itu.
Melihatmu dari jarak yang semakin jauh, berharap jarak itu semakin jauh agar tak terjadi ketakutanku. Namun, hal itu sulit. Kenapa? Karena aku sadar, pikiranku tak pernah menjauh darimu. Pengalihanku darimu tak bekerja sesuai dengan apa yang aku inginkan, justru membuatku semakin sakit. Hahah pengalihan yang menyakitkan. Bertahan dengan perasaan yang menusuk ini. Pertanyaan demi pertanyaan muncul, bagaimana caranya aku bisa melupakanmu? Yang mungkin telah benar-benar nyaman bersamanya, atau yang benar-benar menjadi inspirasinya. Meski aku mengenalmu tak ingin membicarakan mengenai hal itu, tapi aku tau, kau sedang memikirkan hal itu. Terlihat dari matamu. Aku mengerti apa yang kau pikirkan, tapi mungkin kau tak tau apa yang aku pikirkan. Biar sajalah, toh aku hanya bisa mengalah. Sebuah janji terukir dalam di hatiku, aku tak ingin mengingat semua yang telah terjadi, aku hanya bisa menjalani apa yang telah dan akan terjadi.
Maaf bila mungkin aku terlalu egois, tapi, percayalah, ini bukan egoisme semata, tapi sebuah pemikiran, pembuktian, bahwa aku lebih memikirkan orang lain dibanding diriku sendiri.

0 comments:
Post a Comment