5 Desember 2005
Inilah pertama kali aku bertemu dengannya. Seperti halnya pertemuan petama lainnya, kami masih saling malu-malu. Kesan petama yang ada di benakku, tinggi, baik, pinter, dan tampan tentunya (hehe.. ^^) Entah apa yang terjadi, tapi hatiku sangat tidak tentram. Perasaan membuncah yang tak tahu apa artinya. Mungkinkah itu cinta?
18 Juni 2006
Di hari ulang tahunku, aku menerima sebuah kado istimewa darinya. Mungkin bagimu ini tidaklah istimewa, tapi bagiku ini sangat bermakna. Sebuah ucapan tulus dan doa yang ia berikan padaku. Tapi, inilah yang aku inginkan.
20 Juli 2006
Hari ulang tahunnya. Mungkin aku merasa gugup saat aku akan menyerahkannya. Bukan kado yang mahal. Hanya sebuah komik Conan entah seri keberapa yang aku berikan. Itupun bukan komik yang masih dalam segel. Aku senang saat ia mau menerimanya. Menerima kado terakhir sebelum ia pergi jauh dariku.
Meski telah terpisah oleh jarak yang tidak dekat, hal ini tidak menyurutkan hubungan kami. Kami masih sering bahkan selalu saling berhubungan, sungguh menyenangkan.
10 Oktober 2009 at 13.00
Ponselku berdering dan aku terperanjat saat mendengar suara itu. Dengan bergetar,aku mendengarnya dari jauh berkata, "Ami, maukah kau mengisi ruang kosong dalam hatiku?" Sungguh aku tak tahu apa yang harus aku katakan. Aku memang menyukainya, tapi aku juga butuh waktu untuk menjawabnya.
10 Oktober 2009 at 23.55
Tak bisa aku memejamkan mataku hinga ponselku kembali bedering. Ya, aku harus menjawabnya. Aku harus. Kudengar kembali suara yang hangat dan tegas itu berkata, "Ami, masih adakah ruang kosong dalam hatimu yang bisa aku tempati?" Dengan rasa malu aku menjawab, "Ruang hatiku ada 4. Ruang 1 telah diisi oleh Tuhanku, ruang 2 telah diisi oleh keluargaku, ruang 3 telah diisi oleh teman-temanku, dan ruang 4 telah terisi olehmu."
Sejak saat itu aku telah resmi menjadi kekasih hati Mario Pradhana, hingga..
24 Oktober 2009
Sebuah kabar tak kusangka datang. Kabar yang mengatakan bahwa kekasih pertamaku terbaring koma di rumah sakit di kota itu. Betapa sakit hati ini. Sebab dari kabar yang kudapat, pada hari itu ia akan datang untuk menemuiku. Mengapa ia tak diberi kesempatan?
28 Oktober 2009
Belum sembuh sakit hati ini, kembali beguncang. Datanglah kabar yang tak pernah aku inginkan. Tuhan tak ijinkan aku bersamanya, Tuhan telah bawa ia pulang, Tuhan telah ajak ia pergi. Kenapa Tuhan? Padahal baru 2 minngu kami bersama.Kenapa? Pedih hati ini, sangat pedih. Terkoyak habis tak bersisa. Kenapa? Tak dapat aku hentikan air mata ini mengalir, terus mengalir deras. Aku telah kembali kehilangan, kehilangan orang yang penting bagiku. Mengapa?
Sekarang aku harus kembali sendiri, mengarungi semuanya seorang diri. Tanpa ada lagi yang mengisi inbox ponselku, tanpa ada lagi yang menanyakan sedang apa aku. Pedih saat aku ingat satu kata yang selalu ia ucapkan di sela-sela masa kritisnya, "Maaf", itulah yang selalu ia katakan. Tak ada yang bisa aku lakukan kecuali berdoa untuknya dan terus mencintainya.Karena tak pernah ada kata putus keluar dari mulut kami berdua. Kami masihlah sepasang kekasih yang hanya terpisah oleh ruang dan waktu. Rasa terima kasih yang amat besar untuknya. Terima kasih, kangmas. Kau mau mencintaiku apa adanya aku. Terima kasih. Mani komawoyo, Dhana ssi. Nomu saranghae. Saranghae yongwonhi. Mannagesso. Yaksok.
